Sejarah Persib - Persib Bandung (Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung) adalah salah satu tim sepak bola Indonesia yang berasal dari Jawa Barat, khususnya wilayah Bandung. Catatan prestasi tim ini relatif stabil di papan atas sepak bola Indonesia, sejak era Perserikatan sampai ke Liga Indonesia masa kini.
Persib bukan sekadar klub kebanggaan Kota Bandung melainkan Jawa Barat. Tim Maung Bandung merupakan salah satu klub dengan basis suporter terbanyak di Indonesia.
Pangeran Biru mempunyai catatan sejarah yang panjang hingga bisa menjadi kebanggaan Kota Bandung hingga Jawa Barat. Bahkan, dalam catatan sejarah, Persib menghapus hagemoni Kolonial Belanda lewat sepakbola.
Persib Bandung memiliki sejarah sangat menarik. Nama klub asal Bandung ini beberapa kali mengalami perubahan. Awalnya, pada tahun 1923 lahir cikal bakal persib Bandung yaitu Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB). Kala itu Syamsudin di tunjuk sebagai ketua umum sebelum akhirnya lengser kepada pejuang wanita Dewa Santika R Atot.
Atot pulalah yang tercatat sebagai Komisaris Daerah Jawa Barat yang pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega di depan tribun pacuan kuda . Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan di luar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara, Jakarta.
Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang-orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib. Seolah-olah Persib merupakan perkumpulan "kelas dua". VBBO sering mengejek Persib.
Maklumlah pertandingan-pertandingan yang dilangsungkan oleh Persib ketika itu sering dilakukan di pinggiran Bandung, seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang di dalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan di pusat kota, UNI dan SIDOLIG.
Persib memenangkan "perang dingin" dan menjadi perkumpulan sepak bola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung di bawah VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO (sempat berganti menjadi PSBS sebagai suatu strategi) kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi ). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Timeline Sejarah Persib Bandung
Persib 1923
Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) didirikan. Klub sepak bola inilah yang menjadi cikal bakal Persib Bandung. BIVB merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu dengan Ketua Umum Syamsudin. Kepemimpinan BIVB kemudian dilanjutkan R. Atot yang merupakan putera pejuang wanita Dewi Sartika.
BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega di depan tribun pacuan kuda sebaai arena sepak bola. Tim BIVB beberapa kali mengadakan pertandingan di luar kota seperti Yogyakarta, Jatinegara, dan Jakarta.
Persib 19 April 1930
BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB (sekarang Persebaya), MIVB (PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), dan PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta.
BIVB, dalam pertemuan tersebut, diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian, kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.
Persib 14 Maret 1933
Persib lahir dari rahim dua perkumpulan yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia, yaitu Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB).
Tanggal 14 maret 1933 merupakan tanggal bersejarah bagi persib Bandung. Waktu itu dua tim Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB) bersatu. Kemudian lahirlah klub bernama Persib Bandung.
Sebelum bersatu menjadi Persib Bandung, kedua perkumpulan itu muncul setelah BIVB menghilang gaung aktivitasnya.
Kala itu Anwar St. Pamoenjtak di pilih sebagai ketua umum persib Bandung. Selain itu banyak klub-klub yang berada di bawah naungan persib Bandung. Diantaranya SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Ketua umum Persib yang terpilih saat itu adalah Anwar St. Pamoentjak. Adapun klub-klub sepak bola yang bergabung di bawah naungan Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Persib 1937
Pada tahun 1937 klub yang berada di bawah naungan orang Belanda Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO) diantarnya UNI dan SIDOLIG ikut bergabung bersama persib Bandung. VBBO menyerahkan lapangan yang biasa mereka gunakan yakni lapangan UNI, lapangan SIDOLIG. dan SPARTA (Sekarang Stadion Siliwangi). Pada tahun 1937 persib berhasil menjuarai kompetisi perserikatan melawan persis Solo dan keluar sebagai juara.
Pada masa ini, di Bandung, berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori orang-orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah dan mengejek Persib sebagai perkumpulan kelas dua. Pasalnya, laga-laga yang dilangsungkan oleh Persib ketika itu sering dilakukan di pinggiran Bandung, seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat juga ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang di dalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan di pusat kota, UNI dan SIDOLIG.
Namun, Persib akhirnya lebih merebut hari warga dan menegaskan diri sebagai perkumpulan sepak bola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung di bawah VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi). Situasi ini mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Pada tahun tersebut, Persib juga berhasil menjuarai kompetisi perserikatan dengan mngalahkan Persis.
Pendudukan Jepang
Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, kegiatan persepakbolaan yang dinaungi organisasi dihentikan dan organisasinya dibredel. Dengan sendirinya, Persib mengalami masa vakum.
Pada masa revolusi fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar di berbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu, prajurit-prajurit Siliwangi hijrah ke ibu kota perjuangan Yogyakarta.
Persib 1948
Pada tahun 1948 warga Belanda (NICA) ingin kembali menghidupkan VBBO. tetapi dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi berusaha untuk mempertahankan persib. Usaha mereka berhasil bahwa di Bandung hanya ada satu perkumpulan yaitu persib Bandung.
Persib kembali berdiri di Bandung di tengah rongrongan Belanda (NICA) yang kembali datang sekaligus ingin menghidupkan lagi VBBO meski dengan nama yang berbahasa Indonesia. Pada masa pendudukan NICA itu, Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi.
Perjuangan itu rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yang dilandasi semangat nasionalisme, yakni Persib.
Persib 1950-1962
Pada tahun 1950-1962 Wali Kota Bandung saat itu R. Enoch membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum pada akhir nya persib memiliki sekretariat permanen yang berada di Jalan Gurame berkat usaha R. Soendoro.
Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, dekade 1950-an itu pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah Persib mengakhiri masa nomaden kantor sekretariat. Wali Kota Bandung saat itu R. Enoch membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas upaya R. Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang sampai sekarang berada di Jalan Gurame.
Sejak saat itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan terus membesar. Persib kemudian menjadi juara perserikatan pada 1961 setelah mengalahkan PSM Ujung Pandang di final. Karena prestasinya itu, Persib ditunjuk mewakili PSSI di ajang kejuaraan sepakbola “Piala Aga Khan” di Pakistan pada 1962.
Persib Tahun 1970-1985
Tahun 70-an, Persib mengalami masa sulit dan miskin gelar.Puncaknya, pada Kompetisi Perserikatan 1978-1979, Persib terdegradasi ke Divisi I.
Pada tahun 1978-1979 persib terdegradasi ke Divisi 1. Setelah itu pembinaan usia muda mulai dibenahi. Pelatih asal Polandia Marek Janota menangani tim muda sedangkan Risnandar Soendoro menangani tim senior. Kemudian persib junior dengan persib senior di gabungkan. Hasilnya, persib kembali berhasil promosi ke divisi utama.
Revolusi pembinaan dilakukan. Dipersiapkanlah tim junior yang ditangani pelatih Marek Janota (Polandia). Kemudian, tim senior diarsiteki Risnandar Soendoro. Gabungan pemain junior dan senior ini membuahkan hasil karena Persib berhasil promosi ke Divisi Utama dengan materi pemain seperti Sobur (kiper), Giantoro, Kosasih B, Adeng Hudaya, Encas Tonif, dan lainnya.
Hasil polesan Marek ini lahirlah bintang-bintang Persib seperti Robby Darwis, Adeng Hudaya, Adjat Sudrajat, Suryamin, Dede Iskandar, Boyke Adam, Sobur, Sukowiyono, Iwan Sunarya. Hasil binaan Marek membawa Persib lolos ke final bertemu PSMS pada Kompetisi Perserikatan 1982-1983 dan 1984-1985.
Dua kali Persib harus puas sebagai runner-up setelah kalah adu penalti. Pertandingan final 1984-1985 mencatat rekor penonton karena membeludak hingga pinggir lapangan. Dari kapasitas 100.000 tempat duduk di Stadion Senayan, jumlah penonton yang hadir mencapai 120.000 orang.
Persib Tahun 1986-1990
Pada Kompetisi Perserikatan 1986, Persib yang ditangani pelatih Nandar Iskandar meraih juara setelah di final mengalahkan Perseman Manokwari 1-0 melalui gol tunggal Djadjang Nurdjaman, di Stadion Senayan. Persib kembali meraih gelar juara pada Kompetisi 1990 setelah mengalahkan Persebaya, 2-0, melalui gol bunuh diri Subangkit dan Dede Rosadi.
Pada tahun 1986 Persib Bandung ditangani oleh pelatih Nandar Iskandar dan berhasil menjadi juara. Setelah di partai final berhasil mengalahkan Perseman Manokwari 1-0. Kala itu gol tunggal dicetak oleh Djadjang Nurdjaman, di Stadion Senayan. Kemudian tahun1990 persib kembali menjadi juara setelah di partai final pasukan maung Bandung berhasil mengalahkan Persebaya dengan skor 2-0.
Persib Tahun 1993-1994
Pada kompetisi penutup Perserikatan 1993-1994 Persib meraih gelar juara setelah di final mengalahkan PSM, 2-0, melalui gol Yudi Guntara dan Sutiono Lamso. Persib pun berhak membawa pulang Piala Presiden untuk selamanya karena kompetisi berikutnya berubah nama menjadi Liga Indonesia, yang pesertanya dari tim-tim Galatama dan Perserikatan.
Pada kompetisi penutup Perserikatan 1993-1994 Persib Bandung berhasil meraih gelar juara setelah mengalahkan PSM 2-0 di partai final. Berkat gol Yudi Guntara dan Sutiono Lamso persib behasil membawa pulang Piala Presiden untuk selamanya. Sebab, kompetisi berikutnya berubah menjadi Liga Indonesia.
Persib 1994/1995
Persib kembali mencatatkan namanya dalam sejarah kompetisi Liga Indonesia. Persib berhasil mencapai final dan menggengam trofi juara dengan menaklukkan Petrokimia Putra dihadapan lebih-kurang 80.000 penonton di partai final dengan skor 1-0 melalui gol Sutiono Lamso menit ke-76.
Saat itu, Persib masih ditangani pelatih Indra Thohir dengan asisten Djadjang Nurdjaman dan Emen “Guru” Suwarman.
Tahun 1994-1995 Persib Bandung kembali berhasil melaju ke partai final dan mejadi juara setelah mengalahkan Petrokimia dengan skor 1-0. Waktu itu gol di ciptakan oleh Sutiono Lamso pada menit ke-76. Kala itu persib ditangani oleh pelatih Indra Thohir dengan asisten Djadjang Nurdjaman dan Emen “Guru” Suwarman.
Berstatus sebagai juara liga, Persib berhak mewakili indonesia di Liga Champions Asia. Ketika itu persib Bandung mampu menembus ke perempat final.
Persib Tahun 1995-2008
Sebagai juara liga, Persib berhak berpartisipasi di Piala Champions Asia (saat ini Liga Champions Asia). Prestasi Persib cukup membanggakan Indonesia karena lolos sampai ke perempat final. Namun di kancah domestik, Persib tenggelam dalam gradasi prestasi.
Pelatih datang silih berganti dan pada 2003, Persib yang awalnya konsisten dengan muatan pemain dan pelatih lokal akhirnya menggunakan jasa pelatih maupun pemain asing dalam upaya perbaikan prestasi. Namun bukannya membaik, prestasi Persib justru memburuk. Sledzianowski diganti di tengah jalan karena Persib terseok-seok di papan bawah bahkan sempat hampir terdegradasi.
Persib 2008
Persib yang awalnya merupakan perserikatan amatir akhirnya menjadi klub profesional setelah terbentuknya sebuah badan hukum bernama PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) pada akhir Desember 2008. Sejak saat itu, Persib tidak lagi mendapatkan kucuran dana pengelolaan dari pemerintah, melainkan dari pengelolaan usaha di bawah naungan PT PBB.
Seiring berjalannya waktu, PT PBB berhasil menjadi salah satu pengelola klub profesional terbaik di Indonesia.
Pada akhir desember tahun 2008 Persib Bandung memiliki badan hukum yang bernama PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB). Setelah terbentuknya PBB, Persib tidak lagi mendapatkan kucuran dana dari pemerintah. Melainkan dari pengelolaan usaha di bawah naungan PT PBB tersebut.
Profesionalitas membawa prestasi cukup membaik pada Kompetisi Liga Super Indonesia I/2008-2009. Untuk kali pertama Persib diracik pelatih lokal dari luar Bandung. Jaya Hartono yang membawa Persik Kediri menggondol Piala LI IX/2003 dipanggil melatih Persib. Pada era Jaya, Persib meraih peringkat tiga dalam kompetisi yang menggunakan format satu wilayah.
Tahun 2008-2009 persib berhasil meraih peringkat 3 dalam kompetisi yang menggunkan format satu wilayah. Ketika itu Jaya Hartono mampu memperbaiki prestasi persib yang kala itu terus menurun.
Persib 2014-2017
Setelah puasa gelar selama 19 tahun, Persib akhirnya menjadi juara Liga Super Indonesia 2014 di bawah kendali pelatih lokal, Djadjang Nurdjaman. Persib mengalahkan Persipura Jayapura melalui drama adu penalti babak final yang berlangsung di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang.
Pelatih persib Djajang Nurjaman memecahkan rekor sebagai legenda. Sebab, berhasil membawa persib juara ketika menjadi pemain, asisten pelatih dan sebagai pelatih kepala.
Di tahun 2015 ketika sepakbola Indonesia terjadi konflik antara pemerintah dengan PSSI. Persib Bandung tetap menjaga nama baik tim julukan maung Bandung dan mampu menjaga harga diri sebagai tim papan atas Indonesia.
Persib Bandung berhasil menjadi juara Piala Presiden 2015. Tim asuhan Djadjang Nurdjaman mampu mengalahkan Sriwijaya FC dengan skor 2-0 pada partai final. Namun,trend positif persib terhenti setelah Persib terhenti di babak fase grup Piala Jenderal Sudirman 2015. Persib menelan 3 kali kekalahan dan satu kali kemenangan.
Selanjutnya tahun 2016 anak asuhan Djajang Nurjaman hanya mamapu finish di posisi 5 klasmen akhir Indonesia Soccer Championsip (ISC) 2016. Meski begitu Djajang Nurjaman bersyukur sebab pada laga-laga awal persib selalu menampilkan permainan yang kuran baik.
Terakhir tahun 2017 dengan materi pemain yang baik dan berpengalaman persib bandung harus puas berada di posisi 11. Dengan 34 kali bertanding tim julukan maung Bndung mampu mengoleksi 9 kali kemenangan 14 kali imbang dan 11 kali kalah.
Persib bukan sekadar klub kebanggaan Kota Bandung melainkan Jawa Barat. Tim Maung Bandung merupakan salah satu klub dengan basis suporter terbanyak di Indonesia.
Pangeran Biru mempunyai catatan sejarah yang panjang hingga bisa menjadi kebanggaan Kota Bandung hingga Jawa Barat. Bahkan, dalam catatan sejarah, Persib menghapus hagemoni Kolonial Belanda lewat sepakbola.
Persib Bandung memiliki sejarah sangat menarik. Nama klub asal Bandung ini beberapa kali mengalami perubahan. Awalnya, pada tahun 1923 lahir cikal bakal persib Bandung yaitu Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB). Kala itu Syamsudin di tunjuk sebagai ketua umum sebelum akhirnya lengser kepada pejuang wanita Dewa Santika R Atot.
Atot pulalah yang tercatat sebagai Komisaris Daerah Jawa Barat yang pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega di depan tribun pacuan kuda . Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan di luar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara, Jakarta.
Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang-orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib. Seolah-olah Persib merupakan perkumpulan "kelas dua". VBBO sering mengejek Persib.
Maklumlah pertandingan-pertandingan yang dilangsungkan oleh Persib ketika itu sering dilakukan di pinggiran Bandung, seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang di dalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan di pusat kota, UNI dan SIDOLIG.
Persib memenangkan "perang dingin" dan menjadi perkumpulan sepak bola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung di bawah VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO (sempat berganti menjadi PSBS sebagai suatu strategi) kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi ). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Timeline Sejarah Persib Bandung
Persib 1923
Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) didirikan. Klub sepak bola inilah yang menjadi cikal bakal Persib Bandung. BIVB merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu dengan Ketua Umum Syamsudin. Kepemimpinan BIVB kemudian dilanjutkan R. Atot yang merupakan putera pejuang wanita Dewi Sartika.
BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega di depan tribun pacuan kuda sebaai arena sepak bola. Tim BIVB beberapa kali mengadakan pertandingan di luar kota seperti Yogyakarta, Jatinegara, dan Jakarta.
Persib 19 April 1930
BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB (sekarang Persebaya), MIVB (PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), dan PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta.
BIVB, dalam pertemuan tersebut, diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian, kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.
Persib 14 Maret 1933
Persib lahir dari rahim dua perkumpulan yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia, yaitu Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB).
Tanggal 14 maret 1933 merupakan tanggal bersejarah bagi persib Bandung. Waktu itu dua tim Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB) bersatu. Kemudian lahirlah klub bernama Persib Bandung.
Sebelum bersatu menjadi Persib Bandung, kedua perkumpulan itu muncul setelah BIVB menghilang gaung aktivitasnya.
Kala itu Anwar St. Pamoenjtak di pilih sebagai ketua umum persib Bandung. Selain itu banyak klub-klub yang berada di bawah naungan persib Bandung. Diantaranya SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Ketua umum Persib yang terpilih saat itu adalah Anwar St. Pamoentjak. Adapun klub-klub sepak bola yang bergabung di bawah naungan Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Persib 1937
Pada tahun 1937 klub yang berada di bawah naungan orang Belanda Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO) diantarnya UNI dan SIDOLIG ikut bergabung bersama persib Bandung. VBBO menyerahkan lapangan yang biasa mereka gunakan yakni lapangan UNI, lapangan SIDOLIG. dan SPARTA (Sekarang Stadion Siliwangi). Pada tahun 1937 persib berhasil menjuarai kompetisi perserikatan melawan persis Solo dan keluar sebagai juara.
Pada masa ini, di Bandung, berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori orang-orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah dan mengejek Persib sebagai perkumpulan kelas dua. Pasalnya, laga-laga yang dilangsungkan oleh Persib ketika itu sering dilakukan di pinggiran Bandung, seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat juga ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang di dalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan di pusat kota, UNI dan SIDOLIG.
Namun, Persib akhirnya lebih merebut hari warga dan menegaskan diri sebagai perkumpulan sepak bola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung di bawah VBBO seperti UNI dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini Stadion Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi). Situasi ini mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Pada tahun tersebut, Persib juga berhasil menjuarai kompetisi perserikatan dengan mngalahkan Persis.
Pendudukan Jepang
Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, kegiatan persepakbolaan yang dinaungi organisasi dihentikan dan organisasinya dibredel. Dengan sendirinya, Persib mengalami masa vakum.
Pada masa revolusi fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar di berbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu, prajurit-prajurit Siliwangi hijrah ke ibu kota perjuangan Yogyakarta.
Persib 1948
Pada tahun 1948 warga Belanda (NICA) ingin kembali menghidupkan VBBO. tetapi dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi berusaha untuk mempertahankan persib. Usaha mereka berhasil bahwa di Bandung hanya ada satu perkumpulan yaitu persib Bandung.
Persib kembali berdiri di Bandung di tengah rongrongan Belanda (NICA) yang kembali datang sekaligus ingin menghidupkan lagi VBBO meski dengan nama yang berbahasa Indonesia. Pada masa pendudukan NICA itu, Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi.
Perjuangan itu rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yang dilandasi semangat nasionalisme, yakni Persib.
Persib 1950-1962
Pada tahun 1950-1962 Wali Kota Bandung saat itu R. Enoch membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum pada akhir nya persib memiliki sekretariat permanen yang berada di Jalan Gurame berkat usaha R. Soendoro.
Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, dekade 1950-an itu pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah Persib mengakhiri masa nomaden kantor sekretariat. Wali Kota Bandung saat itu R. Enoch membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas upaya R. Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang sampai sekarang berada di Jalan Gurame.
Sejak saat itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan terus membesar. Persib kemudian menjadi juara perserikatan pada 1961 setelah mengalahkan PSM Ujung Pandang di final. Karena prestasinya itu, Persib ditunjuk mewakili PSSI di ajang kejuaraan sepakbola “Piala Aga Khan” di Pakistan pada 1962.
Persib Tahun 1970-1985
Tahun 70-an, Persib mengalami masa sulit dan miskin gelar.Puncaknya, pada Kompetisi Perserikatan 1978-1979, Persib terdegradasi ke Divisi I.
Pada tahun 1978-1979 persib terdegradasi ke Divisi 1. Setelah itu pembinaan usia muda mulai dibenahi. Pelatih asal Polandia Marek Janota menangani tim muda sedangkan Risnandar Soendoro menangani tim senior. Kemudian persib junior dengan persib senior di gabungkan. Hasilnya, persib kembali berhasil promosi ke divisi utama.
Revolusi pembinaan dilakukan. Dipersiapkanlah tim junior yang ditangani pelatih Marek Janota (Polandia). Kemudian, tim senior diarsiteki Risnandar Soendoro. Gabungan pemain junior dan senior ini membuahkan hasil karena Persib berhasil promosi ke Divisi Utama dengan materi pemain seperti Sobur (kiper), Giantoro, Kosasih B, Adeng Hudaya, Encas Tonif, dan lainnya.
Hasil polesan Marek ini lahirlah bintang-bintang Persib seperti Robby Darwis, Adeng Hudaya, Adjat Sudrajat, Suryamin, Dede Iskandar, Boyke Adam, Sobur, Sukowiyono, Iwan Sunarya. Hasil binaan Marek membawa Persib lolos ke final bertemu PSMS pada Kompetisi Perserikatan 1982-1983 dan 1984-1985.
Dua kali Persib harus puas sebagai runner-up setelah kalah adu penalti. Pertandingan final 1984-1985 mencatat rekor penonton karena membeludak hingga pinggir lapangan. Dari kapasitas 100.000 tempat duduk di Stadion Senayan, jumlah penonton yang hadir mencapai 120.000 orang.
Persib Tahun 1986-1990
Pada Kompetisi Perserikatan 1986, Persib yang ditangani pelatih Nandar Iskandar meraih juara setelah di final mengalahkan Perseman Manokwari 1-0 melalui gol tunggal Djadjang Nurdjaman, di Stadion Senayan. Persib kembali meraih gelar juara pada Kompetisi 1990 setelah mengalahkan Persebaya, 2-0, melalui gol bunuh diri Subangkit dan Dede Rosadi.
Pada tahun 1986 Persib Bandung ditangani oleh pelatih Nandar Iskandar dan berhasil menjadi juara. Setelah di partai final berhasil mengalahkan Perseman Manokwari 1-0. Kala itu gol tunggal dicetak oleh Djadjang Nurdjaman, di Stadion Senayan. Kemudian tahun1990 persib kembali menjadi juara setelah di partai final pasukan maung Bandung berhasil mengalahkan Persebaya dengan skor 2-0.
Persib Tahun 1993-1994
Pada kompetisi penutup Perserikatan 1993-1994 Persib meraih gelar juara setelah di final mengalahkan PSM, 2-0, melalui gol Yudi Guntara dan Sutiono Lamso. Persib pun berhak membawa pulang Piala Presiden untuk selamanya karena kompetisi berikutnya berubah nama menjadi Liga Indonesia, yang pesertanya dari tim-tim Galatama dan Perserikatan.
Pada kompetisi penutup Perserikatan 1993-1994 Persib Bandung berhasil meraih gelar juara setelah mengalahkan PSM 2-0 di partai final. Berkat gol Yudi Guntara dan Sutiono Lamso persib behasil membawa pulang Piala Presiden untuk selamanya. Sebab, kompetisi berikutnya berubah menjadi Liga Indonesia.
Persib 1994/1995
Persib kembali mencatatkan namanya dalam sejarah kompetisi Liga Indonesia. Persib berhasil mencapai final dan menggengam trofi juara dengan menaklukkan Petrokimia Putra dihadapan lebih-kurang 80.000 penonton di partai final dengan skor 1-0 melalui gol Sutiono Lamso menit ke-76.
Saat itu, Persib masih ditangani pelatih Indra Thohir dengan asisten Djadjang Nurdjaman dan Emen “Guru” Suwarman.
Tahun 1994-1995 Persib Bandung kembali berhasil melaju ke partai final dan mejadi juara setelah mengalahkan Petrokimia dengan skor 1-0. Waktu itu gol di ciptakan oleh Sutiono Lamso pada menit ke-76. Kala itu persib ditangani oleh pelatih Indra Thohir dengan asisten Djadjang Nurdjaman dan Emen “Guru” Suwarman.
Berstatus sebagai juara liga, Persib berhak mewakili indonesia di Liga Champions Asia. Ketika itu persib Bandung mampu menembus ke perempat final.
Persib Tahun 1995-2008
Sebagai juara liga, Persib berhak berpartisipasi di Piala Champions Asia (saat ini Liga Champions Asia). Prestasi Persib cukup membanggakan Indonesia karena lolos sampai ke perempat final. Namun di kancah domestik, Persib tenggelam dalam gradasi prestasi.
Pelatih datang silih berganti dan pada 2003, Persib yang awalnya konsisten dengan muatan pemain dan pelatih lokal akhirnya menggunakan jasa pelatih maupun pemain asing dalam upaya perbaikan prestasi. Namun bukannya membaik, prestasi Persib justru memburuk. Sledzianowski diganti di tengah jalan karena Persib terseok-seok di papan bawah bahkan sempat hampir terdegradasi.
Persib 2008
Persib yang awalnya merupakan perserikatan amatir akhirnya menjadi klub profesional setelah terbentuknya sebuah badan hukum bernama PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) pada akhir Desember 2008. Sejak saat itu, Persib tidak lagi mendapatkan kucuran dana pengelolaan dari pemerintah, melainkan dari pengelolaan usaha di bawah naungan PT PBB.
Seiring berjalannya waktu, PT PBB berhasil menjadi salah satu pengelola klub profesional terbaik di Indonesia.
Pada akhir desember tahun 2008 Persib Bandung memiliki badan hukum yang bernama PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB). Setelah terbentuknya PBB, Persib tidak lagi mendapatkan kucuran dana dari pemerintah. Melainkan dari pengelolaan usaha di bawah naungan PT PBB tersebut.
Profesionalitas membawa prestasi cukup membaik pada Kompetisi Liga Super Indonesia I/2008-2009. Untuk kali pertama Persib diracik pelatih lokal dari luar Bandung. Jaya Hartono yang membawa Persik Kediri menggondol Piala LI IX/2003 dipanggil melatih Persib. Pada era Jaya, Persib meraih peringkat tiga dalam kompetisi yang menggunakan format satu wilayah.
Tahun 2008-2009 persib berhasil meraih peringkat 3 dalam kompetisi yang menggunkan format satu wilayah. Ketika itu Jaya Hartono mampu memperbaiki prestasi persib yang kala itu terus menurun.
Persib 2014-2017
Setelah puasa gelar selama 19 tahun, Persib akhirnya menjadi juara Liga Super Indonesia 2014 di bawah kendali pelatih lokal, Djadjang Nurdjaman. Persib mengalahkan Persipura Jayapura melalui drama adu penalti babak final yang berlangsung di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang.
Pelatih persib Djajang Nurjaman memecahkan rekor sebagai legenda. Sebab, berhasil membawa persib juara ketika menjadi pemain, asisten pelatih dan sebagai pelatih kepala.
Di tahun 2015 ketika sepakbola Indonesia terjadi konflik antara pemerintah dengan PSSI. Persib Bandung tetap menjaga nama baik tim julukan maung Bandung dan mampu menjaga harga diri sebagai tim papan atas Indonesia.
Persib Bandung berhasil menjadi juara Piala Presiden 2015. Tim asuhan Djadjang Nurdjaman mampu mengalahkan Sriwijaya FC dengan skor 2-0 pada partai final. Namun,trend positif persib terhenti setelah Persib terhenti di babak fase grup Piala Jenderal Sudirman 2015. Persib menelan 3 kali kekalahan dan satu kali kemenangan.
Selanjutnya tahun 2016 anak asuhan Djajang Nurjaman hanya mamapu finish di posisi 5 klasmen akhir Indonesia Soccer Championsip (ISC) 2016. Meski begitu Djajang Nurjaman bersyukur sebab pada laga-laga awal persib selalu menampilkan permainan yang kuran baik.
Terakhir tahun 2017 dengan materi pemain yang baik dan berpengalaman persib bandung harus puas berada di posisi 11. Dengan 34 kali bertanding tim julukan maung Bndung mampu mengoleksi 9 kali kemenangan 14 kali imbang dan 11 kali kalah.